Ukuran Kebergunaan
Realitas adalah segala sesuatu yang bisa dipersepsi dengan panca indera. Benda non fisikpun bisa kita kategorikan sebagai realitas, meskipun kita tidak bisa merabanya, tetapi ia ada, karena kita berinteraksi dengannya, sehingga kehadirannya dapat kita rasakan (persepsikan), misalnya bisa kita lihat atau dengar. Contohnya adalah software. Kita tidak bisa memegangnya, tetapi kita bisa menggunakannya (interaksi) untuk berbagai keperluan. Atau lagu. Ia adalah benda non fisik, yang bentuknya tidak dapat kita pegang secara fisik, tapi kehadirannya ada karena indera pendengaran kita mampu mempersepsinya. Namun demikian, "konsep" atas benda-benda bukanlah realitas. Mungkin ada buku tentangnya, tapi realitas disini adalah bukunya atau lembaran-lembarannya. Substansinya, masih berada di alam pikir, belum berwujud nyata (realitas).
Tidak semua konsep dapat di-nyata-kan. Tentu saja
tergantung subyektivitas manusianya. Ada yang
malas mewujudkan pikiran-pikirannya. Ada yang merasa pesimis karena pemilik pikiran tidak dapat mewujudkan, atau
pesimis buah pikirannya tidak akan berguna sehingga urung diwujudkan. Ada banyak faktor dan alasan. Pikiran yang
diwujudkan sehingga
ia bisa menjadi objek interaksi inderawi, maka buah
pikir itu telah menjadi nyata. Namun demikian, kenyataan ini tidaklah berhenti
sampai disini, karena ada benda nyata yang tidak berguna. Kegunaan tersebut, pada tahap tertentu memang terkandung nuansa subyektivitas, karena bisa jadi satu
benda berguna untuk
satu orang/pihak tapi tidak berguna untuk orang lain.
Karena ada nuansa subjektivitas inilah, pembahasan tetang kegunaan menjadi sedikit lebih pelik. Namun untungnya, manusia adalah
makhluk yang mudah belajar. Ketika satu orang merasa benda berguna untuknya,
maka ia bisa mengabarkan kepada orang lain. Kemudahan manusia untuk menangkap persepsi, disisi lain dapat dimanfaatkan untuk
persuasi. Jadilah manusia mulai mengiklankan benda-benda agar dia terkabarkan
memiliki guna. Kegunaan ini tentu saja dapat diciptakan. Seperti krypto, manusia dapat saja menganggap
krypto tidak berguna pada awalnya. Namun
kemudian, ada pihak yang menciptakan kegunaan krypto, misalnya untuk bertransaksi di plarform-platform tertentu sehingga ia memiliki nilai. Benda tidak berguna
tidak memiliki nilai, dimana dapat diasosiasikan paling mudah dengan uang.
Itulah sebabnya, ada benda-benda tidak laku, karena dianggap tidak berguna. Agar
benda memiliki nilai, maka perlu diciptakan
guna atau kebutuhan baru. Dari sini memang ada kaitan antara realitas dengan
nilai uang.
Barangkali kita berfikir, tidak seharusnya segala macam realitas diasosiasikan dengan uang. Ilmu misalnya. Ilmu adalah benda, karena kita bisa berinteraksi dengannya. Ia juga berguna, misalnya ilmu (pendidikan) spiritual, dalam jangka pendek ia bisa membuat ketenangan hati. Pendidikan seperti ini, meskipun banyak orang membutuhkan, tetapi tidak setiap orang setuju ada harga didalamnya. Namun disisi lain, pendidikan tetap "laku", meskipun orang mengenakan harga terhadapnya. Dalam titik ini, uang bisa jadi adalah ukuran paling mudah, apakah pemikiran dan konsep yang kita tawarkan berguna atau tidak. Mungkin tidak secara langsung "menghasilkan", oleh karenanya muncul istilah efisien dan efektif.
No comments